Kamis, 19 Mei 2016

Pambut Sebagai Sarana Penangkapan Ikan Di Kabupaten Kepulauan Sangihe

PAMBUT SEBAGAI SARANA PENANGKAPAN IKAN 
DI KABUPATEN KEPUALAUAN SANGIHE

Pendahuluan
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakan dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah (UU RI No 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran). Selanjutnya PP No 54 Tahun 2002 tentang Usaha  Perikanan menjabarkan beberapa definisi kapal, diantaranya : Kapal Perikanan yaitu kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal Penangkap Ikan yaitu kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung dan mengangkut, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan. Perahu Penangkap Ikan yaitu sarana apung penangkapan yang tidak mempunyai geladak utama dan bangunan atas/rumah geladak dan hanya memiliki bangunan atas/rumah geladak yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung dan mengangkut, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.
Istilah "kapal ikan tradisional" merupakan sebutan untuk kapal perikanan (fishing vessel) yang bersifat tradisional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 31. Tahun 2004, Tentang Perikanan, dalam Pasal I dinyatakan bahwa "kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain, yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi Perikanan". Kamus besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka mengartikan istilah ”tradisional" sebagai "sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun" Sedangkan menurut Balai Pengembangan Penangkapan lkan Semarang, umumnya konstruksi kapal ikan tradisional menggunakan balok lunas dari kayu dengan beberapa lembar papan sebagai kulit/dinding kapal dan gading-gading serta balok linggi (depan dan belakang) sebagai penguatnya, serta mempunyai balok deck, papan deck, palkah ikan, dan bangunan di atas deck. Sehingga ”kapal ikan tradisional" dapat didefinisikan sebagai sarana apung untuk melakukan kegiatan penangkapan, penampungan, pengolahan dan penyimpanan ikan yang dibuat dari bahan kayu oleh galangan atau pengrajin kapal tradisional, berdasarkan pada pengalaman dan keahlian yang diberikan secara turun-temurun, sesuai sistem tradisi masyarakat setempat, tanpa menggunakan gambar rancang bangun (design) dan spesifikasi teknis yang lengkap sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunannnya (Sa’id, 2009).
Kapal ikan tradisional umumnya menggunakan kayu sebagai material utama. Hal ini dikarenakan biaya produksi dan perawatan kapal kayu lebih murah bila dibandingkan dengan material lainnya. Kayu merupakan material yang baik untuk pembangunan kapal ikan. Pemilihan kayu untuk satu tujuan pemakaian memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu tersebut yang meliputi berat jenis, kelas awet dan kelas kuat. Namun persyaratan tersebut amat memungkinkan terjadi pengisian oleh kayu jenis yang lain apabila didaerah tersebut kayu yang memenuhi kriteria sangat langka dan harga yang tinggi.
Gambaran Wilayah
Kabupaten Kepulauan Sangihe secara geografis terletak diantara 4O 4' 13" - 4O 44' 22" Lintang Utara, 125O 9' 28" - 125O 56' 57" Bujur Timur, berada antara Pulau Sulawesi dengan Pulau Mindanao (Republik Pilipina) dan merupakan bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara dengan ibukota Tahuna, jarak tempuh 142 mil laut dari ibukota Propinsi yakni Manado. Luas wilayah daratan Kabupaten Kepulauan Sangihe mencapai 11.863,58 km2 yang terdiri dari daratan seluas 736,98 km2 atau seluas 6,2 % dan lautan seluas 11.126,61 km2 (Anonymous, 2009).
Dengan luas wilayah laut yang besar tentu membutuhkan transportasi laut sebagai sarana penunjang kebutuhan. Sarana transportasi berupa kapal dan perahu sangat diperlukan dalam aktifitas kehidupan masyarakat. Kapal atau perahu merupakan sarana transportasi yang umum di Kabupaten Kepulauan Sangihe, baik sebagai sarana transportasi antar pulau juga sebagai sarana penunjang mata pencaharian bagi para nelayan.
Kondisi suatu daerah penangkapan ikan tidak sama pada beberapa tempat, ditambah pula keadaan cuaca yang tidak menentu serta pengaruh gelombang dan arus maka suatu kapal perikanan pada berbagai daerah sangat berbeda karakteristiknya. Pembangunan suatu armada penangkap ikan sangat memperhatikan karakteristik daerah penangkapan ikan. Kabupaten Kepulauan Sangihe termasuk daerah yang mempunyai kondisi cuaca yang ekstrem sepanjang tahun, sehingga membutuhkan armada penangkap ikan yang sesuai dengan kondisi tersebut. Dengan kondisi tersebut nelayan atau pelaku perikanan, Dalam memanfaatkan sumberdaya ikan di laut, para nelayan menggunakan berbagai jenis kapal penangkap ikan yang berbeda baik ditinjau dari ukuran maupun dari bahan baku pembuatan kapal. Kapal-kapal tersebut kondisinya juga sangat beragam, dari yang bersifat tradisional sampai dengan yang memanfaatkan teknologi maju yang terus disesuaikan sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi itu sendiri. Demikian pula dengan alat tangkap yang digunakan kapal ikan itu terdiri dari yang sangat sederhana sampai dengan alat tangkap modern.
Armada penangkap ikan yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri dari beberapa jenis, mulai dari tradisional hingga semi modern diantaranya perahu katir tanpa mesin, perahu katir bermesin dan kapal. Armada penangkap ikan tersebut mengusahakan berbagai macam jenis alat tangkap ikan. Salah satu jenis kapal penangkap ikan yang umum terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe, yaitu pambut (pumpboat). Sejak diperkenalkan oleh nelayan asing dari negara tetangga Phillipina armada penangkap ikan ini menjadi sangat populer. Keberadaan armada ini bukan hanya di Kabupaten Kepulauan Sangihe saja namun hingga daerah-daerah sekitar seperti Kepulauan Talaud, Kabupaten Sitaro hingga ke daerah Maluku. Selain digunakan untuk menangkap ikan, pambut juga digunakan sebagai sarana transportasi antar pulau.
Asal usul kata hingga dinamakan pumpboat masih belum jelas pengertiannya hingga saat ini. Pumpboat atau selanjutnya lebih dikenal dengan nama pambut istilah lokal di Kepulauan Sangihe,  awalnya dibuat dan digunakan  di Negara Philipina, penggunaanya sebagai alat transportasi dan juga  sebagai sarana penangkapan ikan. Dalam  perkembangan selanjutnya perahu ini telah tersebar ke berbagai daerah di Indonesia Timur khususnya Sulawesi Utara, demikian pula halnya keberadaan pambut sangat umum dijumpai di Kepulauan Sangihe. Perahu ini dibangun dengan ukuran yang bervariasi tergantung dari segi penggunaanya serta kemampuan daya beli bahan dari pemiliknya. Bahan-bahan seperti marine triplex, paku tembaga dan bahateng masih memakai produk Negara Philliphina. Jumlah armada penangkap ikan yang menggunakan pambut sebagai sarana tangkap kian hari kian bertambah, yang secara otomatis mendesak nelayan tradisional yang hanya mengandalkan dayung dan layar.
Pambut termasuk tipe perahu berkatir bermesin dalam. Pambut dibuat dengan berbagai macam ukuran, mulai dari yang kecil hingga yang berukuran besar tergantung kebutuhan. Pambut berukuran besar bermesin dalam (inboard) dengan daya pendorong 150 PK 6 katup Merek Izusu dan Merek Mitsubishi dengan tenaga kerja sebanyak 5-6 orang. Pambut ukuran ini mampu membawa 8 hingga 10 armada pendukung (pakura) dan sangat efisien dan efektif dalam menangkap ikan di laut, terutama jenis ikan tuna. Pakura tersebut diawaki oleh 1 orang dengan mesin 5 PK yang bertugas sebagai penangkap ikan. Pambut berukuran besar tersebut seringkali di sebut pusu, hal ini merujuk pada jenis mesin yang digunakan yaitu fusso atau mesin truck yang sudah tidak digunakan untuk kemudian dimodifikasi sehingga bisa digunakan pada pambut ukuran besar. Sedangkan pambut berukuran kecil mempunyai mesin yang disebut dengan katinting, dengan daya dorong mulai dari 5 PK – mencapai 16 PK. Salah satu ciri khas yang dapat ditemui pada perahu ini yaitu dindingnya atau papan kulit terbuat dari marine triplex yang tebal dan tahan air serta salah satu bahannya yaitu trem (local name: bahateng) terbuat dari bambu yang elastis dan kuat (local name: bayut). Ukuran ketebalan marine triplex ini bervariasi menurut ukuran perahu, untuk perahu berukuran kecil menggunakan marine triplex 3 mm, sedangkan yang besar menggunakan marine triplex 5 mm.
Pambut
Pambut merupakan perahu tipe bercadik, cadik tersebut terdapat pada bagian kiri dan kanan perahu yang fungsinya untuk menjaga keseimbangan agar tidak mudah oleng ketika diterjang ombak, dalam istilah lokal, cadik disebut sahemang. Cadik tersebut umumnya dari dari bambu tahan air (tabadi). Untuk perahu pambut yang besar pada bagian tengah terdapat penyangga (trim) yang disebut dengan bahateng yang merupakan gabungan dari kayu keras dan bambu ruas pendek yang lentur (bayut). Bagian depan dibuat/didesain sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai haluan dan pemecah gelombang /ombak.
Paku yang digunakan yaitu paku tembaga untuk bagian yang kena air dan paku zink untuk bagian geladak. Sebagai papan dan papan geladak digunakan marine triplex dengan ukuran 3 mili-5 mili tergantung ukuran perahu yang dibuat, untuk merekatkannya digunakan lem epoxy. Pengecatan perahu dengan menggunakan cat khusus yaitu marine coatex.
Bahan Baku Pembuat Pambut
Pembuatan pambut mengadopsi teknik pembuatan dari negara asal yaitu Phillipina, sehingga bahan-bahan yang dibutuhkan sebagian besar masih tergantung pasokan dari negara Phillipina. Untuk membuat suatu pambut diperlukan bahan-bahan yang pada bagian-bagian perahu pambut tersebut berbeda pada masing-masing bagian.
Bagian-bagian perahu pambut beserta bahan-bahannya diuraikan sebagai berikut:
Lunas (kasku)
Lunas membutuhkan kayu yang tidak mudah pecah dan tahan binatang laut. Lunas biasanya terbuat dari kayu bulat, keras, tahan air dan tidak bersambung. Beberapa jenis kayu yang biasanya dipakai untuk lunas seperti kayu kaluwatu, pilapihe dan panirang.
Linggi
Linggi terbuat dari kayu keras, tahan air seperti panirang, pilapihe, salise (Ketapang/Terminalia catappa), kapuraca atau dingkareng (Nyamplung/Caiophylum inophyllum).
Gading
terbuat dari kayu keras dan tahan air seperti nyamplung (Caiophylum inophyllumdan ketapang (Terminalia catappa).
Geladak
Rangka geladak terbuat dari kayu keras, tahan air seperti (Caiophylum inophyllumdan ketapang (Terminalia catappa), sedangkan untuk alas memakai marine triplex.
Senta
senta membutuhkan kayu yang tidak mudah pecah dan tahan binatang laut.
Dinding
Terbuat dari marine triplex yang ketebalannya mengikuti ukuran perahu pambut yang akan dibangun.
Trim (bahateng)
Terbuat dari bahan bambu khusus yang tahan air serta mudah dibengkokan, pembengkokan bambu tersebut biasanya memakai kayu bakar ataupun kompor las. Pembengkokan bambu tersebut umumnya memakan waktu yang lama hingga mencapai hasil lekukan yang diinginkan.
Katir (sema-sema, sahemang)
Terbuat dari bambu tahan air (tabadi) yang mempunyai ketebalan dan diameter yang cukup.
Untuk merekatkan masing-masing bagian tersebut digunakan paku tembaga dari berbagai macam ukuran tergantung bagian yang akan direkatkan serta lem epoxy yang khusus didatangkan dari negara tetangga. Pengecatan perahu menggunakan cat dan pengencer cat yang mempunyai kualitas yang baik, cat yang digunakan yaitu jenis marine coating seperti merek marine seagull dan boysene.
Pembuatan Pambut
Proses pembangunan pambut secara umum para perajin terlebih dahulu yaitu penyediaan bahan. Bahan-bahan yang sudah tersedia seperti lunas, linggi, gading, centa, serta bahan-bahan kayu lain yang akan dipakai dalam pembuatan kapal ini selanjutnya dikeringkan dengan cara dibiarkan ditempat sejuk.
1)     Peletakan lunas
Pekerjaan pertama yaitu membuat lunas, lunas yang telah dipotong sesuai ukuran dibersihkan.
2)     Pemasangan linggi
3)     Pemasangan gading
4)     Pemasangan balok geladak
5)     Pemasangan senta
6)     Pembuatan rumah mesin
7)     Pemasangan dinding
8)     Pemasangan mesin
9)     Pemasangan tiang
10)  Pemasangan trim
11)  Pemasangan katir
12) Pengecatan 

Permasalahan
Kehadiran pambut sebagai sarana penangkapan ikan sangat efektif, ditunjang dengan alat tangkap pancing (handline) khususnya pancing tuna (tuna handline) untuk penangkapan ikan tuna dan cakalang. Kehadiran pambut dalam penangkapan ikan tuna mendesak nelayan tradisional  dengan peralatan seadanya dan ditunjang jangkauan wilayah operasi dekat.
bambu jenis bayut

proses pembengkokan bayut

linggi depan

pambut ukuran kecil


pambut ukuran besar (pussu)

pakura

Kepustakaan
Anonymous, 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran.
Anonymous, 2009. Profil Sangihe 2009.
Anonymous, 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 Tentang Usaha Perikanan.
Anonymous, 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
Sa’id, S.D.,2009. Kajian Ekonomis Penggunaan Daya Mesin Kapal Purse Seine Di Perairan Pekalongan. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang. hal 7.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar